ratughibah – Peristiwa pembubaran aktivitas ibadah umat Kristen di Sukabumi kembali menjadi pengingat bahwa tantangan intoleransi beragama masih nyata di sejumlah wilayah Indonesia. Meski konstitusi secara tegas menjamin kebebasan beragama dan beribadah bagi seluruh warga negara, implementasinya di lapangan kerap menghadapi tekanan dari kelompok-kelompok intoleran. Dalam beberapa kasus, perlindungan terhadap hak minoritas justru dikalahkan oleh desakan massa.
Perlu Pendidikan Toleransi Sejak Dini
Untuk membangun masyarakat yang inklusif dan menghargai keberagaman. Pendidikan toleransi harus menjadi prioritas sejak tingkat pendidikan paling dasar. Anak-anak perlu dibekali pemahaman bahwa perbedaan agama, ras, dan budaya adalah bagian dari kekayaan bangsa. Bukan alasan untuk saling membenci atau mendiskriminasi. Pendidikan yang berperspektif multikultural dan adil akan melahirkan generasi yang lebih terbuka dan menghormati keberagaman.
Tegakkan Hukum Secara Adil
Penegakan hukum yang konsisten dan tidak berpihak menjadi kunci dalam menghadapi kasus intoleransi. Aparat penegak hukum harus berani menindak tegas setiap tindakan pelanggaran kebebasan beragama, bukan justru memediasi dengan solusi kompromi yang merugikan kelompok minoritas. Perlakuan yang setara di mata hukum merupakan fondasi dari negara demokratis dan plural.
Evaluasi Aturan Diskriminatif
Regulasi seperti SKB 2 Menteri tentang pendirian rumah ibadah sering kali digunakan sebagai alat legitimasi untuk membubarkan ibadah umat minoritas, padahal semangat awalnya adalah menjaga ketertiban. Pemerintah perlu meninjau kembali kebijakan yang berpotensi diskriminatif dan memastikan regulasi yang ada berpihak pada hak konstitusional semua warga, bukan menjadi alat penindasan terselubung.
Peran Tokoh Agama dan Pejabat Publik
Tokoh agama, pemimpin daerah, dan pejabat publik memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk menjadi teladan dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Ucapan dan tindakan mereka memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini masyarakat. Oleh karena itu, mereka perlu aktif menyuarakan toleransi. Menenangkan situasi jika terjadi konflik, dan menolak segala bentuk ujaran kebencian.
Perdamaian Bukan Sekadar Diam
Menciptakan perdamaian bukan berarti menutup mata terhadap pelanggaran. Justru, perdamaian yang sejati hanya dapat terwujud melalui keadilan, pengakuan terhadap hak setiap individu, dan perlindungan hukum yang setara. Ketika negara berani melindungi warganya tanpa memandang latar belakang keyakinan, maka rasa aman dan kepercayaan publik akan tumbuh secara alami.