ratughibah – Indonesia kini menjadi pusat perhatian dunia dalam hal kepemilikan sumber daya mineral kritis. Dari 47 jenis mineral yang dikategorikan penting secara global, Indonesia menguasai 22 di antaranya. Beberapa di antaranya adalah nikel, tembaga, emas, kobalt, serta logam tanah jarang yang sangat dibutuhkan dalam teknologi modern seperti baterai, mobil listrik, panel surya, hingga perangkat militer.
Jika dibandingkan, negara maju seperti Jepang hanya memiliki satu jenis mineral langka. Artinya, posisi Indonesia jauh lebih unggul dalam hal potensi sumber daya untuk industri masa depan. Hal ini menjadikan Indonesia sangat strategis bagi negara-negara yang ingin menjamin pasokan bahan baku untuk inovasi teknologi.
Era Baru: Dominasi Global Beralih ke Mineral Kritis
Menurut Ketua Bidang Kajian Mineral Strategis dari Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), Muhammad Toha, dunia sedang mengalami pergeseran kekuatan global. Jika dahulu kekuatan global ditentukan oleh negara yang menguasai minyak dan gas, kini situasinya berubah.
“Siapa yang menguasai mineral kritis, dialah yang menguasai masa depan,” ujar Toha, Minggu (4/5/2025). Mineral ini menjadi fondasi dari segala bentuk kemajuan teknologi, mulai dari kendaraan listrik hingga sistem pertahanan modern.
Pernyataan Tegas Presiden: Indonesia Siap Jadi Negara Maju
Presiden Prabowo Subianto dalam pernyataannya menyebut bahwa Indonesia memiliki hampir semua komponen penting untuk menjadi negara maju. Salah satu kunci utamanya adalah keberadaan mineral kritis yang banyak terdapat di Tanah Air.
“Dari segi sumber daya, kita punya semuanya. Mineral kritis ini adalah kebutuhan utama industri berteknologi tinggi,” ungkapnya.
Prabowo menegaskan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, Indonesia tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga menjadi penyuplai utama dunia.
Hilirisasi Jadi Strategi Utama Pemerintah
Untuk memaksimalkan potensi besar ini, pemerintah terus mendorong hilirisasi industri mineral. Salah satu bukti suksesnya adalah pada sektor nikel. Setelah melarang ekspor nikel mentah, nilai ekspor nikel olahan melonjak dari US$3 miliar (sekitar Rp49,5 triliun) menjadi US$30 miliar (sekitar Rp495 triliun) hanya dalam beberapa tahun.
Kebijakan ini bukan hanya menambah pendapatan negara, tetapi juga membuka banyak lapangan kerja, mengundang investasi asing, serta memperkuat industri dalam negeri.
“Strategi hilirisasi telah terbukti efektif dan akan terus kami lanjutkan,” ujar Presiden Prabowo.
21 Proyek Hilirisasi Baru Siap Dijalankan
Sebagai langkah lanjutan, pemerintah pada tahun ini menetapkan 21 proyek hilirisasi baru yang akan fokus pada pengolahan mineral strategis. Proyek-proyek ini tersebar di berbagai wilayah dan dirancang untuk mempercepat pembangunan industri pengolahan dalam negeri, termasuk smelter dan pabrik baterai kendaraan listrik.
“Hilirisasi adalah jalan menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan. Target kita adalah mencapai pertumbuhan 8%,” tegas Prabowo.
Penutup: Indonesia Menuju Kemandirian Industri
Dengan kekayaan mineral yang melimpah, dukungan kebijakan hilirisasi, dan kepemimpinan yang fokus pada transformasi industri, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi negara maju berbasis sumber daya dan teknologi. Tantangannya kini terletak pada implementasi yang konsisten dan pengawasan agar setiap kebijakan benar-benar memberi manfaat besar bagi rakyat.