ratughibah – Kanselir Jerman, Olaf Scholz, baru-baru ini memperjelas posisi negaranya terkait pengiriman senjata ke Israel, setelah mendapat kritik tajam dari oposisi yang menuduh Berlin sengaja menunda ekspor senjata di tengah konflik
yang semakin memanas di Timur Tengah. Scholz menyampaikan hal ini dalam sebuah acara di parlemen yang didedikasikan untuk mengenang para korban serangan Hamas pada 7 Oktober 2024.
Respons Terhadap Kritik Oposisi
Olaf Scholz menegaskan bahwa Jerman akan segera memasok lebih banyak senjata ke Israel, memperkuat dukungannya terhadap negara tersebut. Ia membantah klaim yang menyebut Jerman sengaja menahan pengiriman senjata ke Israel, dan menekankan bahwa pemerintah Jerman tetap berkomitmen membantu Israel dalam mempertahankan dirinya.
Kami telah memasok senjata dan kami akan terus memasok senjata,” kata Scholz dengan tegas di hadapan parlemen.
Pernyataan ini muncul setelah oposisi di Jerman mengkritik pemerintah atas dugaan keterlambatan dalam menyalurkan bantuan militer ke Israel. Kritik tersebut menuding pemerintah lamban dalam menanggapi situasi krisis, terutama di tengah konflik yang terus meningkat antara Israel dan kelompok Hamas.
Macron Usulkan Embargo Senjata di Gaza, Jerman Berbeda Pandangan
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengajukan proposal untuk memberlakukan embargo senjata di wilayah Gaza, dengan tujuan menghentikan penggunaan senjata dalam konflik tersebut. Usulan Macron ini memicu respons keras, terutama dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menolak dengan tegas langkah tersebut.
Olaf Scholz juga tampaknya memiliki pandangan berbeda terkait usulan embargo senjata itu. Kanselir Jerman tidak mendukung embargo, dan menyatakan bahwa negaranya akan terus menyediakan bantuan militer ke Israel,
terutama untuk mempertahankan diri dari ancaman serangan militan Hamas. Perbedaan sikap ini menunjukkan perpecahan di antara pemimpin negara-negara Eropa dalam menyikapi situasi di Timur Tengah, terutama soal penggunaan senjata di wilayah konflik.
Dukungan Jerman yang Berkelanjutan
Selama bertahun-tahun, Jerman telah menjadi salah satu negara yang mendukung Israel dalam berbagai aspek, termasuk dalam hal pengiriman persenjataan. Pada tahun 2023, Jerman telah menyetujui ekspor senjata ke Israel dengan nilai mencapai €326,5 juta (setara $356,4 juta). Komitmen ini menegaskan posisi Jerman yang konsisten dalam memberikan bantuan militer kepada Israel di tengah situasi keamanan yang rapuh.
Langkah Jerman ini juga memperlihatkan solidaritas dengan Israel, terutama saat menghadapi ancaman dari kelompok militan seperti Hamas. Scholz menegaskan bahwa Jerman akan terus memberikan dukungan militer yang diperlukan, sejalan dengan kepentingan nasional Israel dalam mempertahankan diri.
Tantangan Politik dan Diplomatik
Namun, keputusan Jerman untuk terus memasok senjata ke Israel di tengah konflik juga menimbulkan berbagai tantangan politik dan diplomatik, baik di dalam maupun di luar negeri. Di dalam negeri, pemerintah Jerman harus menghadapi oposisi yang mempertanyakan keputusan ini dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan Timur Tengah. Di sisi lain, Jerman juga harus menavigasi hubungan diplomatiknya dengan negara-negara Eropa lain seperti Prancis, yang memiliki pandangan
berbeda mengenai cara merespons konflik di Gaza.
Meski demikian, Olaf Scholz tetap pada pendiriannya untuk mendukung Israel, dengan menyebutkan bahwa perlindungan terhadap negara tersebut menjadi prioritas. Scholz juga berupaya memperkuat kerja sama dengan Israel di berbagai bidang, termasuk keamanan dan pertahanan.
Kesimpulan
Kanselir Jerman Olaf Scholz mempertegas bahwa negaranya akan segera mengirimkan lebih banyak senjata ke Israel, di tengah kritik dan tekanan yang diterima dari oposisi. Pernyataan ini menjadi sinyal kuat bahwa Jerman akan
terus mendukung Israel dalam upayanya mempertahankan diri di tengah konflik yang kian memanas. Meski menghadapi berbagai tantangan politik dan diplomatik, Jerman menunjukkan komitmennya untuk berdiri bersama Israel,
bahkan saat perbedaan pandangan muncul di antara negara-negara Eropa lainnya seperti Prancis.