ratughibah – Berikut adalah penjelasan mengenai perkembangan perang di Timur Tengah serta dampaknya terhadap kondisi ekonomi Israel:
Konflik di Timur Tengah semakin meluas setelah Israel melakukan serangan besar-besaran ke Palestina, yang dilaporkan telah menewaskan 41.495 orang. Tidak hanya berhenti di Palestina, Israel kini memperluas serangannya ke Lebanon sejak 16 September 2024. Serangan ini, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, telah merenggut nyawa lebih dari 1.030 warga Lebanon. Israel menyatakan serangannya ditargetkan kepada Hizbullah untuk memulangkan warganya yang telah mengungsi ke wilayah utara, dekat perbatasan Lebanon.
Sejarah Konflik Israel-Lebanon
Invasi pertama Israel ke Lebanon terjadi pada tahun 1948, meskipun pada saat itu Hizbullah belum terbentuk secara resmi. Sejak saat itu, ketegangan di kawasan ini terus meningkat, dengan berbagai konflik besar dan kecil yang terjadi selama bertahun-tahun.
Dampak Ekonomi Bagi Israel
Selain korban jiwa dan dampak sosial yang signifikan, perang ini juga berdampak pada ekonomi Israel. Berikut adalah beberapa perkembangan ekonomi Israel pasca serangan:
- Pertumbuhan PDB Israel Menyusut
Pertumbuhan ekonomi Israel tercatat melambat selama kuartal kedua tahun 2024.Perlambatan ini menunjukkan dampak dari ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh konflik. - Kenaikan Nilai Mata Uang Israel
Meski di tengah konflik, mata uang Israel, New Shekel (ILS), justru mengalami kenaikan. Sejak dimulainya serangan terhadap Lebanon pada 16 September 2024, nilai shekel meningkat sebesar 3% terhadap dolar AS, mencapai ILS3,82/US$ pada Jumat, 4 Oktober 2024. - Penurunan Peringkat Kredit Israel
Moody’s, salah satu lembaga pemeringkat kredit terbesar di dunia, menurunkan peringkat kredit Israel dari “A2” menjadi “Baa1” pada 27 September 2024. Langkah ini dianggap mencerminkan ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat akibat konflik yang berkecamuk. - Defisit Anggaran Akibat Pengeluaran Perang
Konflik yang berkepanjangan menyebabkan pengeluaran perang Israel melonjak drastis. Pada 2023, pengeluaran pemerintah untuk belanja perang mencapai ILS30 miliar (sekitar Rp129 triliun). Ini turut memperbesar defisit anggaran pemerintah, yang tercatat mencapai 4,20% dari PDB atau sekitar ILS77,5 miliar (Rp333,25 triliun). Dibandingkan dengan tahun 2022, di mana Israel mencatatkan surplus anggaran, situasi keuangan Israel kini berada di titik kritis. - Utang Israel Melonjak Dua Kali Lipat
Selain defisit anggaran, utang Israel juga mengalami lonjakan signifikan, terutama sejak pecahnya perang dengan Hamas. Pada tahun 2023, Israel menambah utang sebesar 160 miliar shekel (sekitar Rp696,6 triliun), dengan 81 miliar shekel terkumpul sejak perang dimulai pada Oktober 2023.
Kesimpulan
Perang yang semakin meluas tidak hanya mempengaruhi stabilitas sosial dan politik di Timur Tengah, tetapi juga memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian Israel. Meskipun mata uang Israel menunjukkan penguatan, kondisi makroekonomi seperti pertumbuhan PDB yang melambat, penurunan peringkat kredit, dan lonjakan utang menunjukkan bahwa negara tersebut menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan. Di sisi lain, biaya perang yang terus membengkak memperbesar risiko ketidakstabilan keuangan jangka panjang bagi Israel.