ratughibah – Tanggal 24 Juli 2025 mencatat babak baru dalam hubungan tegang antara Thailand dan Kamboja. Di wilayah perbatasan, kontak senjata terjadi antara pasukan kedua negara. Akibatnya, 12 korban jiwa dilaporkan, sebagian besar merupakan warga sipil yang berada di sekitar zona konflik.
Kawasan perbatasan tersebut selama ini memang menjadi titik sensitif, namun insiden kali ini memiliki pemicu yang berbeda dari biasanya. Bukan hanya soal klaim wilayah, tapi ada unsur politik personal dan hubungan elite dua negara yang ikut memperkeruh keadaan.
Awal Mula Ketegangan
Sumber konflik datang dari beredarnya rekaman percakapan pribadi antara Paetongtarn Shinawatra, perdana menteri Thailand, dan Hun Sen, tokoh politik senior asal Kamboja. Isi pembicaraan yang bocor ke publik memperlihatkan sikap Paetongtarn yang terlalu akrab dengan Hun Sen, bahkan disertai komentar miring terhadap tokoh militer Thailand.
Bagi sebagian pihak di dalam negeri, pernyataan tersebut dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap institusi militer, dan langsung memicu kemarahan di parlemen maupun kalangan konservatif.
Dampak Politik Domestik
Reaksi terhadap bocoran itu sangat cepat. Dalam waktu singkat, tekanan politik memaksa Paetongtarn untuk mengundurkan diri sementara dari jabatannya. Kondisi internal Thailand langsung goyah. Protes muncul di beberapa kota besar, sementara parlemen terbelah antara pendukung dan penentangnya.
Beberapa analis menilai bahwa ini bukan hanya persoalan komentar pribadi, melainkan refleksi dari perpecahan elit di Thailand yang sudah lama terjadi.
Eskalasi Militer
Pasca krisis politik di Bangkok, suasana di perbatasan juga ikut memanas. Thailand memperkuat pasukan di sisi timur, sementara Kamboja menyatakan siaga militer penuh. Tak lama kemudian, kontak senjata terbuka pun terjadi.
Meski berskala terbatas, bentrokan ini menimbulkan ketegangan baru dan ketakutan akan pecahnya konflik berskala luas. Warga di sekitar wilayah perbatasan mulai mengungsi ke daerah yang lebih aman.
Isu-isu Tersembunyi
Di luar konflik militer, muncul berbagai spekulasi yang menyebut bahwa krisis ini disebabkan oleh isu-isu yang lebih dalam, antara lain:
- Tekanan terhadap jaringan scam digital di Kamboja yang diduga merugikan banyak warga Thailand.
- Rencana reformasi kebijakan perjudian oleh kubu Shinawatra di Thailand yang mengundang penolakan dari elite militer.
- Kecurigaan soal penghinaan terhadap simbol kerajaan, yang disebut-sebut dilontarkan oleh tokoh Kamboja dalam forum tertutup.
Masing-masing isu ini menambah bahan bakar dalam ketegangan yang sudah membara.
Reaksi Internasional
Negara-negara tetangga dan kelompok regional seperti ASEAN mulai menyuarakan keprihatinan. Seruan untuk menahan diri dan membuka ruang dialog sudah dilontarkan, namun hingga kini belum ada langkah konkret dari kedua pihak.
Sementara itu, pemerintah di negara lain mulai mengevakuasi warganya yang tinggal di dekat perbatasan Thailand-Kamboja sebagai langkah antisipasi.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Selain korban jiwa, konflik ini juga memberikan dampak langsung terhadap kehidupan ekonomi dan sosial. Wilayah perbatasan lumpuh. Pasar tutup, sekolah diliburkan, dan banyak fasilitas publik rusak akibat tembakan atau evakuasi mendadak.
Di tingkat nasional, nilai tukar mata uang sempat terguncang, dan investor mulai menarik dana dari proyek-proyek besar di kawasan konflik. Thailand dan Kamboja sama-sama mengalami penurunan kepercayaan dari komunitas internasional.
Harapan Perdamaian
Meski situasi masih genting, sejumlah pihak percaya bahwa jalan diplomasi masih bisa dibuka. Banyak tokoh sipil, akademisi, hingga pemimpin agama di kedua negara menyerukan dialog damai, netralisasi isu pribadi, dan fokus pada penyelesaian damai demi rakyat.
Yang menjadi tantangan adalah sejauh mana pemerintah kedua negara bersedia menekan ambisi politik jangka pendek demi kestabilan jangka panjang