Katy Perry kembali menjadi sorotan, bukan karena lagu baru atau penampilannya di panggung, melainkan karena langkah mengejutkan: mengikuti penerbangan suborbital ke luar angkasa. Pada Senin, 14 April 2025, ia bersama lima penumpang lainnya sukses menjalani misi singkat selama 11 menit menggunakan kapsul New Shepard milik perusahaan antariksa Blue Origin. Misi ini membawa mereka ke batas luar atmosfer Bumi, sebelum kembali mendarat dengan selamat.
Penerbangan Bersejarah yang Diwarnai Keraguan
Meski misi ini berhasil dan dianggap sebagai salah satu pencapaian penting dalam penerbangan luar angkasa komersial, tidak semua pihak menerima kisah tersebut begitu saja. Di tengah euforia, muncul berbagai spekulasi yang menyebut misi ini sebagai rekayasa belaka.
Sejumlah teori konspirasi menyebar luas di dunia maya, mengklaim bahwa misi tersebut hanyalah sandiwara teknologi tinggi. Alasan utama yang diangkat oleh para penganut teori ini adalah desain kabin bertekanan di kapsul New Shepard, yang dinilai tidak memungkinkan pintu dapat dibuka ke dalam oleh penumpang biasa. Mereka berargumen bahwa jika pintu benar-benar bisa diakses secara manual dari dalam. Hal itu dianggap sebagai cacat keamanan yang fatal, dan mustahil dibiarkan dalam misi antariksa sungguhan.
Para Ahli Menanggapi dengan Penjelasan Teknis
Sejumlah pakar antariksa dan insinyur langsung menanggapi klaim ini dengan penjelasan logis. Menurut mereka, pintu kabin pada New Shepard tidak dirancang untuk bisa dibuka begitu saja saat berada di luar angkasa. Sistem penguncian otomatis aktif selama penerbangan dan hanya akan bisa dioperasikan setelah kapsul kembali ke Bumi dan dalam kondisi tekanan normal. Bahkan jika terdapat mekanisme manual, sistem keamanan berlapis tetap mencegah adanya risiko pembukaan sembarangan.
Mereka juga menegaskan bahwa Blue Origin telah menjalani serangkaian uji coba yang ketat sebelum membawa manusia ke luar angkasa. Teknologi dan prosedur keselamatan dirancang untuk meminimalkan kemungkinan kesalahan manusia dan kerusakan mekanik.
Mengapa Teori Konspirasi Cepat Menyebar?
Ketidakpercayaan publik terhadap pencapaian luar angkasa sebenarnya bukan hal baru. Sejak pendaratan di bulan oleh NASA pada 1969, banyak teori konspirasi bermunculan, mempertanyakan keaslian misi luar angkasa. Dalam era media sosial seperti sekarang, teori seperti ini lebih mudah tersebar dengan cepat. Ditambah lagi dengan keterlibatan figur terkenal seperti Katy Perry, berita pun lebih cepat viral, baik yang faktual maupun spekulatif.
Bagi sebagian orang, kemajuan teknologi yang terlalu cepat atau terlihat “terlalu mulus” justru menimbulkan kecurigaan. Perjalanan ke luar angkasa yang dulunya hanya bisa dilakukan oleh astronot profesional. Kini dapat dicapai oleh publik figur dalam penerbangan singkat. Hal ini menjadi celah bagi munculnya keraguan.
Antara Sains, Hiburan, dan Persepsi Publik
Fakta bahwa selebritas seperti Katy Perry ikut serta dalam misi luar angkasa memang membawa dimensi baru pada eksplorasi antariksa. Di satu sisi, ini menciptakan ketertarikan publik yang lebih besar terhadap sains dan eksplorasi ruang angkasa. Namun di sisi lain, kehadiran figur populer dalam misi seperti ini bisa memicu persepsi bahwa semuanya sekadar aksi publisitas atau pertunjukan hiburan.
Meski begitu, perlu dicatat bahwa penerbangan antariksa komersial seperti yang dilakukan Blue Origin tetap membutuhkan persiapan, pelatihan, dan standar keselamatan tinggi. Misi ini bukan sekadar “jalan-jalan” ke langit, tetapi bagian dari perubahan besar dalam industri luar angkasa.
Penutup
Apakah Katy Perry benar-benar ke luar angkasa atau tidak, hanya waktu dan informasi transparan yang bisa menjawabnya secara pasti. Namun hingga kini, semua bukti teknis dan laporan resmi menunjukkan bahwa misi tersebut berlangsung nyata dan sesuai prosedur. Di tengah keraguan dan teori liar yang berkembang, penting bagi publik untuk memilah informasi dan tetap kritis tanpa terjebak dalam spekulasi tak berdasar.