Musisi dan penulis Fiersa Besari berhasil selamat dari cuaca buruk saat mendaki Puncak Carstensz Pyramid, Papua Tengah. Ia merupakan bagian dari rombongan 15 pendaki yang memulai ekspedisi pada 26 Februari 2025. Pendakian ini menjadi tantangan berat bagi seluruh tim, terutama karena kondisi cuaca yang semakin ekstrem seiring perjalanan menuju puncak.
Sayangnya, ekspedisi ini berakhir tragis bagi dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, yang meninggal dunia akibat hipotermia saat perjalanan turun pada 1 Maret 2025. Kedua pendaki mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis dan tidak dapat bertahan dalam kondisi ekstrem tersebut.
Cuaca Buruk dan Proses Evakuasi yang Penuh Tantangan
Setelah mencapai puncak, Fiersa dan 12 pendaki lainnya berhasil kembali ke basecamp Yellow Valley dengan selamat. Namun, kondisi medan yang sulit dan cuaca yang semakin memburuk menghambat proses evakuasi jenazah Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono.
Tim penyelamat harus menghadapi hujan lebat, angin kencang, serta suhu yang sangat rendah, yang membuat perjalanan menuju lokasi korban semakin berbahaya. Upaya evakuasi sempat tertunda beberapa kali hingga akhirnya bisa dilanjutkan pada 3 Maret 2025, setelah kondisi memungkinkan untuk mengakses lokasi kejadian.
Kekhawatiran Keluarga di Tengah Pendakian
Di tengah situasi sulit ini, keluarga Fiersa Besari juga mengalami kecemasan besar. Pada 2 Maret 2025, istri Fiersa, Aqia Nurfadla, mengunggah kekhawatirannya di media sosial setelah melihat pesan WhatsApp yang dikirim ke suaminya hanya centang satu, tanda bahwa pesan tersebut belum terkirim.
Aqia semakin gelisah karena pada 3 Maret 2025, Fiersa seharusnya merayakan ulang tahunnya yang ke-40 bersama keluarga. Ia terus berdoa agar suaminya bisa kembali dengan selamat. Kekhawatiran itu akhirnya mereda setelah Fiersa berhasil menghubungi keluarganya dan mengonfirmasi bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja.
Hipotermia, Ancaman Mematikan bagi Pendaki
Setelah tiba di basecamp Yellow Valley, Fiersa baru mengetahui bahwa dua rekannya tidak selamat akibat hipotermia. Kejadian ini menjadi peringatan keras tentang bahaya kondisi ini bagi para pendaki, terutama di medan ekstrem seperti Puncak Carstensz.
Hipotermia terjadi saat suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35 derajat Celsius, yang dapat menyebabkan gemetar hebat, kebingungan, kehilangan kesadaran, hingga kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Pendaki yang mengalami hipotermia memerlukan penanganan segera, seperti pemanasan tubuh dan perlindungan dari angin serta udara dingin.
Persiapan yang Matang Sangat Diperlukan dalam Pendakian
Insiden ini menunjukkan bahwa pendakian ke Puncak Carstensz bukan hanya sekadar tantangan fisik, tetapi juga membutuhkan persiapan yang matang, baik dari segi perlengkapan, strategi perjalanan, hingga kesiapan menghadapi kondisi darurat.
Pendaki harus memahami risiko hipotermia, membawa pakaian tahan cuaca ekstrem, serta memastikan tubuh tetap hangat selama perjalanan. Selain itu, koordinasi dengan tim penyelamat juga menjadi faktor penting agar dapat mengantisipasi keadaan darurat dengan cepat.
Meskipun Fiersa Besari dan sebagian besar timnya berhasil selamat,
tragedi yang menimpa dua pendaki lainnya menjadi pengingat bahwa pendakian ke gunung-gunung ekstrem harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan kewaspadaan.