ratughibah – Arya Daru Pangayunan tidak tinggal di rumah dinas, tidak juga di apartemen elit. Ia memilih kos sederhana di kawasan Menteng, Jakarta. Dari luar, tak ada yang istimewa. Tapi pada tanggal 8 Juli 2025, kamar itu berubah menjadi tempat perhentian terakhirnya.
Temuan yang Mengagetkan
Saat tubuh Arya ditemukan, ada yang berbeda. Kepala dan wajahnya tertutup rapat oleh lakban. Bagi banyak orang, gambaran itu otomatis memunculkan pertanyaan: adakah orang lain terlibat? Atau, mungkinkah ini perbuatan sendiri?
Tidak Ada Jejak Masuk
Penyelidikan resmi menunjukkan tidak ada pintu yang dirusak. Akses masuk ke kos pun tercatat lewat sistem elektronik, dan tidak ada aktivitas mencurigakan sebelum malam itu. Barang-barang di dalam kamar juga utuh—dari laptop sampai pakaian.
Catatan Lama yang Terbaca
Di masa lalu, Arya sempat mengirim email ke lembaga psikologi. Pesan-pesan itu tidak dibuka ke publik, namun isinya cukup untuk menunjukkan beban berat yang dipikulnya. Ada rasa ingin berhenti. Ada kelelahan yang tidak pernah ia ceritakan kepada dunia luar.
Bukan Karena Orang Lain
Dari semua sisi—fisik, digital, hingga psikologis—tidak ditemukan unsur kekerasan dari pihak lain. Ini bukan kasus kriminal. Tidak ada jejak paksaan, tidak ada penghilangan paksa. Semua bukti mengarah pada keputusan pribadi yang diam-diam dirancang.
Yang Tidak Terlihat
Arya dikenal sebagai orang yang rapi, tenang, dan fokus. Tapi seperti banyak orang lainnya, apa yang tampak di luar sering kali tidak mencerminkan yang terjadi di dalam. Ia mungkin sudah terlalu lama menahan apa yang tak bisa ia sampaikan.
Saat Semua Sudah Terlambat
Kini, yang tersisa hanya pertanyaan-pertanyaan di kepala banyak orang: Andai saja ia sempat bicara. Andai ada yang bertanya lebih dalam. Tapi hidup tak selalu memberi kita kesempatan kedua. Beberapa keputusan datang diam-diam, dan meninggalkan keheningan panjang.