Seorang pria asal China bernama Feng Debing menjadi sorotan publik setelah dilaporkan menipu lebih dari 200 wanita dengan mengaku sebagai Direktur Xiaomi Group. Ia menjalankan skema manipulatif dengan membuat kontrak palsu bergaya “sugar daddy”, menjanjikan bayaran bulanan fantastis sebesar 100.000 yuan atau sekitar Rp226 juta kepada para korban. Dalam kontraknya, disebutkan bahwa Feng boleh menjalin hubungan di luar nikah selama ia jujur kepada istrinya.
Skema ini disusun rapi dengan narasi meyakinkan. Feng menawarkan “kontrak kesepakatan” seolah-olah legal dan resmi. Namun pada kenyataannya, tidak satu pun korban menerima uang seperti yang dijanjikan. Malah, banyak dari mereka justru mengalami kerugian finansial yang besar.
Uang Korban untuk Biayai Gaya Hidup Mewah
Feng Debing tidak hanya gagal menepati janjinya, tetapi juga diduga menggunakan uang dari para korban untuk membiayai gaya hidup pribadi. Sebelumnya, ia juga dilaporkan pernah terlibat dalam utang pribadi senilai 165.000 yuan (sekitar Rp337 juta) pada tahun 2021, yang tak pernah ia lunasi. Hal ini memperkuat dugaan bahwa Feng memang menjalani hidup dengan memanfaatkan manipulasi terhadap perempuan-perempuan yang ia dekati.
Terbongkar oleh Sang Istri Sendiri
Skandal ini mencuat ke publik setelah seorang wanita yang mengaku sebagai istri sah Feng Debing membeberkan semuanya melalui unggahan di Weibo, platform media sosial China. Ia mengaku tak tahan lagi menyembunyikan kebohongan suaminya dan merasa jijik dengan cara Feng memperlakukan wanita lain. Unggahannya viral dan memicu gelombang kecaman dari warganet, terutama karena menyentuh isu pelecehan kepercayaan dan eksploitasi emosional terhadap wanita.
Xiaomi: Feng Hanya Mantan Karyawan Dapur
Perusahaan teknologi Xiaomi, yang namanya dicatut dalam kasus ini, akhirnya angkat suara. Dalam pernyataan resminya, Xiaomi membantah keras bahwa Feng Debing pernah menduduki posisi penting di perusahaan mereka. Faktanya, menurut Xiaomi, Feng hanya pernah bekerja sebagai karyawan dapur, tepatnya tukang potong sayur di kantor pusat mereka.
Ia dipecat pada November 2016 karena mangkir kerja terlalu lama. Xiaomi menegaskan bahwa tindakan Feng tidak ada hubungannya dengan perusahaan, dan mereka tengah mempertimbangkan langkah hukum untuk melindungi reputasi brand dari dampak penipuan tersebut.
Pelajaran dari Kasus Feng Debing
Kasus ini menjadi peringatan serius tentang pentingnya verifikasi identitas dan kewaspadaan dalam menjalin relasi, terutama di era digital. Janji manis, gelar palsu, dan gaya hidup mewah seringkali digunakan oleh pelaku penipuan untuk mengecoh korban. Skema seperti ini menunjukkan bahwa penipuan cinta masih menjadi modus berbahaya yang mengincar korban secara emosional dan finansial.
Penegak hukum di China kini tengah menyelidiki kasus Feng Debing lebih lanjut untuk menentukan jeratan hukum yang akan dikenakan. Sementara itu, masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dan melaporkan bila mengalami modus serupa.