ratughibah – Novi, seorang ibu muda berusia 34 tahun asal Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, kini tengah menjalani hukuman di balik jeruji besi. Ia divonis 14 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Lubuklinggau karena terbukti menyiram Adnan, seorang pria yang diduga mengintipnya, dengan air keras. Kejadian ini terjadi setelah Novi, seorang janda dengan dua anak, mengalami teror yang membuatnya merasa tertekan dan takut dalam waktu yang cukup lama.
Kehidupan Novi yang Berubah Drastis
Novi adalah seorang ibu yang mencoba bertahan menjalani kehidupannya setelah ditinggal suami, mengurus kedua anaknya seorang diri. Tinggal di Desa Lubuk Mas, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Muratara, ia berusaha menjalani kehidupan sehari-hari dengan tegar. Namun, semua berubah ketika ia merasa terganggu oleh seorang pria yang terus-menerus mengintip dan menerornya.
Menurut keterangan dari Novi, tindakan nekatnya itu dipicu oleh akumulasi kekesalan dan ketakutan yang dirasakan setelah berbulan-bulan menghadapi gangguan dari Adnan. Rasa takut dan khawatir akan keselamatan dirinya dan kedua anaknya membuat Novi mengambil langkah drastis untuk mengakhiri teror tersebut.
Kronologi Kasus: Dari Teror Hingga Penyiraman Air Keras
Selama hampir enam bulan, Novi mengaku kerap mengalami gangguan dari Adnan, yang diduga sering mengintip rumahnya setiap malam. Kehadiran Adnan di sekitar rumahnya hampir setiap malam menimbulkan perasaan tidak nyaman dan ketakutan bagi Novi. Berulang kali ia mencoba mengabaikan, namun rasa tertekan tersebut terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Pada suatu malam, setelah mengalami ketakutan yang memuncak, ia nekat menyiram Adnan dengan air keras. Menurut pengakuannya, tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk melindungi diri dari teror yang tidak kunjung usai. Namun, tindakan tersebut berujung pada proses hukum yang berakhir dengan vonis penjara.
Menjalani Hidup di Balik Jeruji Besi
Setelah divonis 14 bulan penjara, Novi kini menjalani hari-harinya di Lapas Kelas II Lubuklinggau. Sebagai seorang ibu, berat baginya untuk meninggalkan kedua anaknya. Kedua anaknya kini dititipkan di rumah mertuanya, sehingga ia harus berpisah sementara waktu dari anak-anak yang selama ini menjadi sumber semangatnya.
Di Lapas, Novi mencoba tegar menjalani hukuman sambil menunggu hari ketika ia dapat kembali berkumpul dengan buah hatinya. Meskipun kehidupannya kini terasa berbeda, ia tetap berusaha menghadapi masa sulit ini dengan sabar.
“Puncak kekesalan, Pak. Karena hampir enam bulan pelaku itu (Adnan) meneror saya, setiap malam mengintip saya,” tutur Novi dengan nada penuh emosi.
Reaksi Masyarakat dan Pihak Terkait
Kasus yang menimpa Novi ini mendapat perhatian publik yang luas. Banyak pihak yang mempertanyakan apakah hukuman penjara yang dijatuhkan merupakan keputusan yang tepat, mengingat ia berada dalam
situasi tertekan saat melakukan tindakan tersebut. Beberapa kelompok masyarakat berharap ada perhatian lebih bagi perempuan yang mengalami ancaman atau pelecehan serupa, serta perlindungan hukum yang lebih efektif untuk menghindari kejadian serupa di masa depan.
Kasus Novi ini mencerminkan dilema hukum yang sering kali dialami oleh perempuan yang merasa terancam namun sulit menemukan perlindungan yang memadai. Di sisi lain, hukuman yang ia terima juga
menjadi peringatan bahwa tindakan kekerasan dapat berujung pada proses hukum, meskipun niatnya untuk membela diri.
Penutup: Harapan Novi dan Masa Depan Kedua Anaknya
Meskipun berada di balik jeruji besi, iatetap menyimpan harapan agar ia bisa segera bebas dan kembali bersama kedua anaknya. Ia berharap, pengalaman pahit ini bisa menjadi pelajaran hidup yang kuat bagi dirinya dan juga memperingatkan masyarakat akan pentingnya perlindungan bagi perempuan dan anak-anak dari ancaman yang mungkin terjadi di sekitar mereka.
Kisah Novi ini juga diharapkan menjadi pembuka mata bagi berbagai pihak untuk lebih serius dalam menangani kasus pelecehan atau ancaman yang kerap kali menimpa perempuan, sehingga mereka tidak perlu lagi
mengambil tindakan nekat yang bisa berakhir tragis seperti yang dialami Novi.